Kamis, 07 Agustus 2008

nasib..

gw sangat tertarik dengan blog nya dewi lestari. ngga gw link-kan karena belum meminta izin untuk me-link-kannya. sebelum tulisan ditunjukkan sebuah gambar. gambar tersebut berisi sawah yang berundakundak. maksudnya serupa dengan terasering. pusing ya... gambarannya gini, kalo persawahan di gunung, biasanya tanahnya dibuat seperti tangga. tidak dibiarkan miring dengan alasan ada air yang menggenang, pembajakkan mudah dilakukan dan pengaliran air bisa diatur dengan benar.

well, gini2 gw juga sedikit merahitiin lah kalo dosen nerangin. hehehe... tulisannya dewi ada yang nggelitik tangan gw untuk posting. dia nanya tentang kemajuan pertanian indonesia. as yang udah bisa diliat. pertanian di indonesia sama negara maju laennya jauh banget. sebenernya gw sendiri malu, sebagai mahasiswa pertanian gw hampir tidak ada kontribusi ke pertaniah indonesia. ouh... gaya betul gw. hehehe. but seriuosly, gw malu.

gw percaya pertanian indonesia bisa maju melalui mekanisasi pertanian. ekstensivikasi? harga tanah mahal, lebih mahal dari beli mesin, percaya deh. intensivikasi? ilmunya belom nyampe. diversifikasi? bisa ngerusak tanah. tumpang sari? kalo mau repot, boleh aja. kenapa cuma mekanisasi yang bisa? ga usah panjang lebar, kita bisa mencontoh negara maju. semuanya menggunakan metode mekanisasi pertanian. ikut2an? alasan sebenarnya adalah mekanisasi yang paling cocok ditetapkan di indonesia. dengan alasan yang gw liatin diatas bahwa metode lain susah dikembangin. harga mesin tidak lebih mahal dari pada harga tanah, pengoperasian nya lebih mudah daripada kultur jaringan, mesin tidak akan merusak tanah, malah mempercepat perbaikan nya dan tidak perlo repot melakukan tumpang sari.

ada beberapa hal penting mengenai sulitnya moderenisasi (mekanisasi dalam hal ini) petanian di indonesia:
1. tanah petani yang berpetak petak kecil. traktor tentu sulit untuk selalu berpindah pindah dari tiap petak2 kecil itu. kita liat aja sawahnya. bandingkan dengan kebun jagung di US atau sawah padi di jepang.
2. indonesia mempunyai tanah yang tidak rata. beberapa memiliki kemirihan lahan yang cukup besar. setahu saya slope kemiringan untuk sawah padi tidak boleh lebih dari 10%.
3. anggapan petani bahwa a) traktor akan lebih mahal daripada tenaga manusia. oke, akan murah jika menyewa, tapi sedikit sekali jasa penyewaan seperti itu di negeri kita ini. (pemerintah pernah memberikan traktor kepada kelompok tani di beberapa daerah. tapi, petani tidak diberi penyuluhan mengenai perawatan dan pemakiannya. salut...) b) mengurangi lapangan pekerjaan. mungkin karena mereka menyangka tenaga kerja buruh tani (buruh tani terkadang-bahkan seringkali berbeda dengan petani) akan digantikan oleh mesin. hitung2an nya cukup panjang. tapi gw bersama dosen gw pernah melakukan perhitungan dimana penerapan mesin TIDAK AKAN mengurangi keuntungan sebelumnya, malah sebaliknya. ga mungkin banget itung2an itu gw kasih liat ke petani, tapi di sisi lain kita (apalagi gw) ngerasa wajib untuk meyakinkan petani. pada perhitungan sudah termasuk kemungkinan pergantian tenaga kerja.

sebenarnya ada beberapa faktor lain yang menyebabkan sulitnya moderenisasi pertanian di indonesia. namun yang gw sebutkan diatas adalah isu yang sudah lama menjadi problem pertanian indonesia. ada yang mau berbagi?

Tidak ada komentar: